Senin, 24 Mei 2010

Sejarah Kampung Jagalan di Surakarta

Sejarah Kampung Jagalan

Sejarah lokal adalah sejarah mengenai suatu daerah atau wilayah. Sejarah lokal mempelajari tidak hanya tentang terjadinya sutau daerah tapi juga kebudayaan dan masyarakat secara lebih mendetail.

Kampung jagalan terbentuk pada akhir abad ke-19. Kampung jagalan terdiri dari beberapa kampung. Kampung jagalan terbentuk dari suatu perkumpulan masyarakat yang berprofesi berhubungan dengan jagal atau penyembelihan hewan. Daerah jagalan dulunya merupakan daerah yang di kepalai lurah dari kraton. Daerah jagalan adalah tempat penyembelihan hewan untuk memenuhi kebutuhan daging di kota surakarta. Dari proses itu lebih kurang ada 70 sampai 80 hewan yang disembelih tiap hari nya. Hewan yang disenbelih adalah sapi dan juga kerbau. Di kampung jagalan sendiri dulu beroperasi banyak rumah pemotongan hewan.

Warga yang tingal pun mempunyai kebudayaan tinggal berhubungan dengan proses tersebut antara lain adanya produksi rambak yang berasal dari kulit sapi yang semuahya berasal dari kegiatan penyembelihan.

Dengan berkembang nya zaman para jagal pun lama-kelamaan mulai menutup usahanya. Sampai pada saat ini hanya ada satu tempat penjagalan yang masih difungsikan. Para jagal mulai menutup uashanya karena adanya banyak kerugian karena adanya banyak penipuan yang terjadi.

Mitos yang berkembang

Di kampung jagalan tidak berkembang suatu mitos apapun

Wilayah jagalan

· Kalangan

Kalangan adalah tempat dimana abdi dalem kaalang tinggal

· Sorogenen

Sorogenen menurut cerita yang berkembang terbentuk karena daerah itu adalah tempat tinggal abdi dalem Sorogeni

· Bororejo

Bororejo terbentuk karena daerah itu mulanya adalah tempt yang ramai dari kata boro dan banyak orang yang berdatangan atau rejo.

· Belik

Diberi nama belik karena daerah itu dulu terdapat sebuah belik atau sebuah sumber mata air yang di gunakan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Kini daerah tersebut semakin kecil dan lambat laun berkurang.

· Tekenan

Tekenan merupakan wilayah yang digunakan pada akhir abad 19 untuk menyortir hewan-hewan yang akan masuk ke tempat penjagalan.

· Kandang pitik

Kandang pitik adalah daerah yang terbentuk karena dulu tempat itu merupakan tempat untuk memelihara ayam atau pitik.

· Pakasa

Kampung yang menjadi pusat Perkumpulan Kawula Surakarta (PKS), yaang tumbuh dan berkembang sebagai organisasi politik lokal di surakarta sekitar tahun 1930-an.

Letak topografis daerah jagalan:

Batas wilayah Jagalan

  • Timur : Pucang sawit
  • Barat : Purwalaya
  • Utar : Jebres
  • Selatan : Kampung sewu

Untuk mitos yang berkembang di daerah jagalan sendiri adalah mitos tentang daerah kalangan. Daerah kalang terbentuk dari perkumpulan penduduk kalang. Kalang sendiri adalah para ahli kayu yang sangat ahli. Menurut mitos orang kalang kemungkinan bukan penduduk asli jawa. Orang kalang dianggap mempunyai strtuktur sosial paling rendah. Mitos orang kalang adalah tentang bahwa orang kalang adalah keturunan dari manusia dengan binatang. Selain itu orang kalang dianggap telah kawin dengan keluarga mereka sendiri (inses) sehingga di anggap sama dengan binatang.

Pada masa Sultan Agung dari Mataram, orang kalang mulai dikumpulkan dan dijadikan abdi dalem kraton yang bertugas sebagai pembuat bangunan istana, karena kemampuan mereka dalam memahami jenis-jenis kayu yang baik digunakan untuk pembuatan bangunan rumah. Ketika kerajaan mataram dipecah menjadi dua para kalang pun dibagi menjadi dua, setengah dari jumlah kalang ikut ke yogyakarta dan setengah lainnya menetap di kraton surakarta.

Kebudayaan

Kebudayaan yang berkembang di daerah jagalan adalah adanya suatu perkumpulan budaya yaitu campursari dan juga reog. Seiring dengan perkembangan jaman kebudayaan itu mulai terkikis dan hilang.

Dikampung jagalan masyarakat yang baru pindah biasanya meminta izindan juga bersilaturahmi kepada sesepuh kampung dalam istilah jawa disebut kulo nuwun.

Analisis:

Sejarah mengenai kampung jagalan tentang terjadinya kampung tersebut, mitos yang berkembang dan juga kebudayaan yang berkembang. Metodologi yang di pergunakan adalah metodologi sosisal budaya. Hal itu terlihat dari kebudayaan yang berkembang di kampung tersebut dan juga pembentukan kampung yang terjadi karena adanya persamaan dalam mata pencaharian dan juga berhubungan dengan urusan penjagalan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar