Minggu, 23 Mei 2010

orang rantai (dari batavia ke sawahlunto)

Dari Batavia ke Sawahlunto

Sawah lunto merupakan daerah yang letak geografisnya dikelilingi oleh deretan pegunungan. Daerahnya terisolir, dan penduduknya masih sangat jarang. Sebelum ditemukannya batu bara, sawah lunto merupakan daerah yang dianggap tidak penting, dan hanya sebagai persinggahan saja. Hal itu kemudian berubah total, pihak swasta dan pemerintah Belanda mulai memperebutkan daerah tersebut. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk membangun pertambangan. Masalah baru mulai muncul ketika terbentur ketersediadan modal untuk mencari tenaga kerja. Akhirnya pemerintah belanda mengirim para tahanan politik dan criminal lainnya untuk menjadi buruh tambang. Para buruh tersebut juga disebut orang rantai, hal itu karena mereka adalah tahanan dan mereka pun darantai pada kaki dan tangan.

Orang rantai merupakan solusi yang paling sederhana dari permasalahan ketersediaan modal yang dialami oleh belanda. Orang rantai dibawa dari Batavia dengan kapal menuju pantai barat Sumatra. Perjalanan yang memakan waktu sampai satu minggu. Para orang rantai ditempatkan di dek paling bawah dengan penuh sesak, dan tidak jarang mereka tidak sampai disana. Bgi para pemberontak, mereka akan disiksa di dalam kapal, atau mereka akan langsung di buang ke laut. Mereka mendapat perlakuan yang kurang baik karena mereka adalah tahanan, mereka juga harus bertahan hidup dengan sedikit makanan yang diberikan. Perjalanan dari Batavia yang penuh dengan penyiksaan dan pelecehan.

Dari penjara ke lobang dan kembali ke penjara

Dari depot penampungan mereka langsung dibawa ke sawah lunto dengan kereta api. Di sawah lunto mereka di tempatkan di tangsi-tangsi yang berfungsi sebagai penjara bagi mereka. Pembagian kerjapun dilakukan, yaitu dengan memilih orang rantai yang kuat dan lemah. Bagi yang kuat akan ditugaskan ke dalam lobang dan juga sebagai pengusung gelondongan kayu untuk tambang. Bagi yang lemah bertugas untuk merawat mereka yang sakit dan juga menyortir batu bara.

Pembagian waktu kerja dibagi dalam tiga sift. Tiap pekerja dibebankan oleh target yang harus dipenuhi pada saat sift kerjanya. Jika pekerjaan mereka belum selesai maka pekerjaan sift selanjutnya akan terganggu.

Kehidupan orang rantai di Sawahlunto begitu memprihatinkan, dengan penyiksaan dan pelecehan. Tak jarang dari mereka melarikan diri. Keributanpun sering terjadi antara para orang rantai, dan hal itu lebih bermotif balas dendam. Mereka telah membentuk kelompok yang berlandaskan asal daerah mereka yang membentuk kelompok yang saling bertikai.

Hiburan

Untuk membuat para perantaian betah dan tidak kabur maka pihak belanda membuat hiburan seperti gamelan dan ronggeng yang didatangkan dari jawa. Selain itu juga terdapat perjudian yang sangat digemari para perantaian. Sebetulnya semua hiburan itu hanya berakhir dengan baku hantam. Ada juga hiburan baru yaitu “anak jawi” yaitu seorang perantaian dari jawa yang dijadikan pasangan sejenis perantaian lain yang lebih berkuasa. Hal itu memang wajar terjadi karena jumlah perantaian perempuan begitu sedikit. Selain itu juga didirikan rumah bola untuk hiburan para petinggi belanda, dan teater bagi perantaian yang mulai berdampak positive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar