Selasa, 08 November 2011

Sarjana "google"

Mahasiswa merupakan para pemikir-pemikir yang mempunyai kemampuan secara pengetahuan untuk belajar atau mengetahui sesuatu. Mahasiswa umunnya merupakan tujuan dari pada para orang tua agar mereka menjadi orang yang berhasil dan sukses. Mahasiswa di sini saya hubungkan dengan mentalitas karena saya melihat kuatnya tekanan mental yang harus diterima oleh mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ataupun dalam kehidupan sehari-hari nya.
Dalam dunia perkuliahan tentu tekanan datang dari para dosen pengajar yang begitu banyak memberikan tekanan berupa materi dan tugas yang begitu banyak dan sulit sehingga para mahasiswa menjadi tertekan dalam segi mental dan juga fisik. Ketika tugas mulai menumpuk mereka biasanya harus menyelesaikannya meksi tiap malanm bekerja lembur. Bagi mereka dengan tugas observasi yang begitu banyak, mereka harus pandai untuk mengatur waktu kalau tidak, tidak ada satu tugaspun yang akan selesai.
Tekanan yang lain adalah dari ibu kos yang setiap hari banyak bicara untuk menarik uang kos. Hal itu lumrah karena adakalanya kami telat membayar uang kos karena kiriman uang kami terlambat. Kami harus pandai untuk berbicara untuk dapat meluluhkan hati ibu kos yang kalau ku bayangkan sebagai malaikat maut yang ingin mencabut nyawa.
Tekanan yang ketiga adalah dari orang tua dimana mereka berharap kami cepat lulus dan bekerja. Mereka berharap dapat pensiun ketika kami bekerja.
Dari banyak tekanan itu akan ditambah dari tekanan seorang pacar jika punya. Hal itu membuat banyak mahasiswa menjadi stress dan kuliahpun menjadi terbengkalai. Tidak jelas akankah ketika mereka lulus mereka akan mendapt kerja, karena sekarang kepandaian seperti tidak berguna ketika tengah bertemu dengan kekuatan uang.
Disini mentalitas mahasiswa mulai terbentuk. Ketika mereka kuat mengahadapi tekanan-tekanan tersebut mereka menjadi mahasiswa yang bermental baik. Akantetapi ketika mereka tidak kuat mereka akan menjadi mahasiswa bergelar SG (sarjana google) dimana mereka hanya berorientasi pada google untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Selain itu mental mahasiswa juga menjadi mental copas (copy paste). Mahasiswa mempunyai mental tersebut dikarenakan kebutuhan mereka ataupun efisiensi waktu yang mereka harapkan. Itulah lucunya mahasiswa di Negara kita.
Mungkin inilah sebab yang mendasar mengapa ketika kita lulus kita tidak mempunyai kompetensi yang memenuhi standar yang diharapkan. Dimana ketika mereka menjadi wakil rakyat mereka akan membawa mental tersebut untuk mengaatur Negara, efisien dan praktis, semboyan yang akan terus berkembag selama belum ada pembenahan yang mendasar.

Senin, 28 Maret 2011

Teori Sejarah

Objective mind dalam kajian sejarah
Jika kita melihat kembali memahami pengertian sejarah yang berarti bahwa sejarah merupakan kisah masa lampau umat manusia dengan sudut pandang yang objektif sekaligus subjektif. Sejarah sebagai sebuah kisah atau cerita merupakan pengertian yang subjektif, sedang peristiwa sejarah dikatakan sebagai suatu yang objektif ketika masih di luar pengetahuan manusia.
Faktor manusia dalam perspektif sejarah sangatlah esensial karena berdasarkan kesadarannya manusia memiliki nilai historisitas yakni selalu berkembang dalam rangka merealisasikan dirinya secara konkret.
Penulisan sejarah merupakan bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-peristiwa manusia yang telah terjadi di masa lalu. Pengkisahan sejarah itu jelas sebagai suatu kenyataan subjektif, karena setiap orang atau generasi dapat mengarahkan sudut pandangnya terhadap apa yang telah terjadi itu dengan berbagai interpretasi yang erat kaitannya dengan sikap hidup pendekatan atau orientasinya.
Objektive mind atau pemikiran nyata sangatlah di perlukan dalam kajian sejarah hal ini didasari bahwa setiap kajian sejarah memerlukan bukti yang akan mendasari setiap kesimpulan atau hasil yang didapatkan oleh seorang peneliti. Selain sudut pandang objektif juga di butuhkan dalam sebuah kajian sejarah yang menguatkan pendapat yang dihasilkan. Bagi sejarawan yang menganut “relativisme historis” sikap netral dalam pengkajian dan penulisan sejarah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Alasannya, bahwa pengetahuan sejarah itu pada dasarnya adalah pengalihan fakta-fakta pada suatu bahasa lain.
Jadi kecenderungan subjektifitas itu selalui mewarnai kajian sejarah. Hal ini secara umum dapat dikatakan bahwa kerangka pengungkapan atau penggambaran atas kenyataan sejarah fitu ditentukan oleh sejarawan, sedangkan kejadian sejarah sebagai aktualitas itu juga dipilih dan dikontruksi menurut kecenderungan seorang sejarawan.
Objektifitas dapat dicapai dengan membedakan antara metode penelitian dalam menentukan realitas sejarah dan metode rasional guna menginterpretasikannya. Baik data maupun fakta merupakan landasan mutlak atas nilai karya-karya sejarah, padahal fakta itu sendiri diperoleh dari kesaksian dan tidak memiliki kenyataan objektif, ia harus mempunyai eksistensi yang bebas di luar pikiran penulis sejarah.
Kalian sejarah harus berdasarkan teori sejarah agar dapat bersifat objektif. Teori sejarah memiliki tiga ciri yaitu universal, empiris, dan kausalitas. Universal disini berarti bahwa teori itu menyatakan sesuatu tentang kondisi-kondisi yang mungkin melahirkan suatu peristiwa. Kemudian, empiris maksudnya adalah bahwa setiap hasil atau pernyataan haruslah dapat dibuktikan dengan observasi. Jadi teori dikatakan empiris ketika teori itu di uji, maka hasil nya sesuai dengan penyataan. Sedangkan untuk kausakitas sendiri yaitu sebuab teori harus dapat memberikan keterangan tentang sebab akibatnya. Hal ini dikarenakan suatu kajian sejarah atau peristiwa haruslah ada sebab akibatnya. Maka kajian sejarah akan lebih mendalam dan lebih mendetil dalam menguak apa yang sedang dikaji.

Selasa, 28 Desember 2010

Nasionalisme Sesaat

Nasionalisme, jika kita mendengar kata itu maka kita akan langsung tertuju pada TIMNAS yang akan menjalani laga final Piala AFF putaran kedua melawan Malaysia. Dengan prestasi persepakbolaan saat ini wajarlah jika kita beranggapan bahwa Nasionalisme masyarakat hanya sesaat.

Senin, 31 Mei 2010

resensi buku " Max Havelaar"

Max Havelaar

Max Havelaar: Atau Lelang Kopi dari Perusahaan Dagang Belanda adalah signifikan secara sosial budaya dan novel karya Multatuli (dengan nama pena Eduard Douwes Dekker). Max Havelaar bercerita tentang seorang makelar kopi yang cinta akan keadilan , juga tentang kolonialisme yang dilakukan belanda kepada para petani di daerah lebak Banten. Perlakuan yang diberikan kepada masyarakat pribumi dengan melakukan pungutan-pungutan liar dan juga penarikan pajak yang dilakukan dengan paksa yang dilakukan oleh aparatur negara sepertihalnya para bupati dan juga yang dibawahnya. Perlakuan inilah yang menyebabkab Max Havelar sering berurusaan dengan para petinggi belanda. Max Havelaar, mencoba melawan sitem pemerintahan yang korup di Jawa, Belanda yang merupakan koloni pada saat itu. Hal inilah yang memebuat Max Havelaar sangat dikenal oleh masyarakat pribumi yang sering ditindas oleh para aparatur Negara.

Kontrol kolonial Indonesia telah berlalu dari Perusahaan India Timur Belanda (VOC) ke pemerintah Belanda karena kegagalan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan pendapatan, pemerintah kolonial Belanda menerapkan serangkaian kebijakan yang diistilahkan sebagai Tanam Paksa (bahasa Belanda: cultuurstelsel), yang dimandatkan petani Indonesia menanam kuota dapat diperdagangkan tanaman komersial seperti teh dan kopi, bukannya tumbuh makanan pokok seperti beras. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial juga menerapkan sistem pengumpulan pajak di mana agen-agen pengumpul dibayar oleh komisi. Kombinasi kedua strategi luas disebabkan penyalahgunaan kekuasaan kolonial, terutama di pulau Jawa dan Sumatera, yang mengakibatkan kemiskinan dan kelaparan meluas di kalangan petani.

Multatuli menulis Max Havelaar sebagai protes terhadap kebijakan kolonial ini. Dia mengangkat kesadaran Eropa yang tinggal di Eropa pada saat itu bahwa kekayaan yang mereka nikmati adalah hasil dari penderitaan di bagian lain dunia. Kesadaran ini pada akhirnya membentuk motivasi yang baru Politik Etis yang digunakan pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk "membayar" utang mereka jajahan mereka dengan memberikan pendidikan kepada beberapa golongan pribumi, umumnya anggota elit yang setia kepada pemerintah kolonial.

Sebenarnya buku Max Havelaar memicu reformasi pendidikan ini, Max Havelaar pada gilirannya bertanggung jawab atas gerakan nasionalis yang berakhir kolonialisme Belanda di Indonesia setelah 1945.

Senin, 24 Mei 2010

Sejarah Kampung Jagalan di Surakarta

Sejarah Kampung Jagalan

Sejarah lokal adalah sejarah mengenai suatu daerah atau wilayah. Sejarah lokal mempelajari tidak hanya tentang terjadinya sutau daerah tapi juga kebudayaan dan masyarakat secara lebih mendetail.

Kampung jagalan terbentuk pada akhir abad ke-19. Kampung jagalan terdiri dari beberapa kampung. Kampung jagalan terbentuk dari suatu perkumpulan masyarakat yang berprofesi berhubungan dengan jagal atau penyembelihan hewan. Daerah jagalan dulunya merupakan daerah yang di kepalai lurah dari kraton. Daerah jagalan adalah tempat penyembelihan hewan untuk memenuhi kebutuhan daging di kota surakarta. Dari proses itu lebih kurang ada 70 sampai 80 hewan yang disembelih tiap hari nya. Hewan yang disenbelih adalah sapi dan juga kerbau. Di kampung jagalan sendiri dulu beroperasi banyak rumah pemotongan hewan.

Warga yang tingal pun mempunyai kebudayaan tinggal berhubungan dengan proses tersebut antara lain adanya produksi rambak yang berasal dari kulit sapi yang semuahya berasal dari kegiatan penyembelihan.

Dengan berkembang nya zaman para jagal pun lama-kelamaan mulai menutup usahanya. Sampai pada saat ini hanya ada satu tempat penjagalan yang masih difungsikan. Para jagal mulai menutup uashanya karena adanya banyak kerugian karena adanya banyak penipuan yang terjadi.

Mitos yang berkembang

Di kampung jagalan tidak berkembang suatu mitos apapun

Wilayah jagalan

· Kalangan

Kalangan adalah tempat dimana abdi dalem kaalang tinggal

· Sorogenen

Sorogenen menurut cerita yang berkembang terbentuk karena daerah itu adalah tempat tinggal abdi dalem Sorogeni

· Bororejo

Bororejo terbentuk karena daerah itu mulanya adalah tempt yang ramai dari kata boro dan banyak orang yang berdatangan atau rejo.

· Belik

Diberi nama belik karena daerah itu dulu terdapat sebuah belik atau sebuah sumber mata air yang di gunakan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Kini daerah tersebut semakin kecil dan lambat laun berkurang.

· Tekenan

Tekenan merupakan wilayah yang digunakan pada akhir abad 19 untuk menyortir hewan-hewan yang akan masuk ke tempat penjagalan.

· Kandang pitik

Kandang pitik adalah daerah yang terbentuk karena dulu tempat itu merupakan tempat untuk memelihara ayam atau pitik.

· Pakasa

Kampung yang menjadi pusat Perkumpulan Kawula Surakarta (PKS), yaang tumbuh dan berkembang sebagai organisasi politik lokal di surakarta sekitar tahun 1930-an.

Letak topografis daerah jagalan:

Batas wilayah Jagalan

  • Timur : Pucang sawit
  • Barat : Purwalaya
  • Utar : Jebres
  • Selatan : Kampung sewu

Untuk mitos yang berkembang di daerah jagalan sendiri adalah mitos tentang daerah kalangan. Daerah kalang terbentuk dari perkumpulan penduduk kalang. Kalang sendiri adalah para ahli kayu yang sangat ahli. Menurut mitos orang kalang kemungkinan bukan penduduk asli jawa. Orang kalang dianggap mempunyai strtuktur sosial paling rendah. Mitos orang kalang adalah tentang bahwa orang kalang adalah keturunan dari manusia dengan binatang. Selain itu orang kalang dianggap telah kawin dengan keluarga mereka sendiri (inses) sehingga di anggap sama dengan binatang.

Pada masa Sultan Agung dari Mataram, orang kalang mulai dikumpulkan dan dijadikan abdi dalem kraton yang bertugas sebagai pembuat bangunan istana, karena kemampuan mereka dalam memahami jenis-jenis kayu yang baik digunakan untuk pembuatan bangunan rumah. Ketika kerajaan mataram dipecah menjadi dua para kalang pun dibagi menjadi dua, setengah dari jumlah kalang ikut ke yogyakarta dan setengah lainnya menetap di kraton surakarta.

Kebudayaan

Kebudayaan yang berkembang di daerah jagalan adalah adanya suatu perkumpulan budaya yaitu campursari dan juga reog. Seiring dengan perkembangan jaman kebudayaan itu mulai terkikis dan hilang.

Dikampung jagalan masyarakat yang baru pindah biasanya meminta izindan juga bersilaturahmi kepada sesepuh kampung dalam istilah jawa disebut kulo nuwun.

Analisis:

Sejarah mengenai kampung jagalan tentang terjadinya kampung tersebut, mitos yang berkembang dan juga kebudayaan yang berkembang. Metodologi yang di pergunakan adalah metodologi sosisal budaya. Hal itu terlihat dari kebudayaan yang berkembang di kampung tersebut dan juga pembentukan kampung yang terjadi karena adanya persamaan dalam mata pencaharian dan juga berhubungan dengan urusan penjagalan.


sejarah kampung Jayengan di Surakarta

Sejarah Kampung Jayengan di Surakarta

Terletak jalan selatan Klenteng Cina Secoyudan ke selatan pertigaan natasuman, kebarat sampai perempatan jalan kraton, ke utara sampai perempatan Singasaren. Merupakan tempat tinggal para abdi dalem pengurus minuman bila ada pesta di istana.

Sumber lain mengatakan bahwa Jayengan adalah abdi dalem prajurit istana;

Jayagastra, prajurit Prameswari Dalem dan abdi dalem prajurit Jayantaka, prajurit berani mati, pengawal pribadi raja.

Disini terdapat kampung Carikan, ialah tempat abdi dalem yang bertugas membuat pakaian prajurit dan pakaian raja, misalnya ikat kepala (blangkon), sabuk, epek, dan sejenis kuluk. Di kelurahan Jayengahn terdapat kampung-kampung yaitu

1.) Jayengan,

2.) Gandekan, tempat tinggal abdi dalem gandhek, ialah utusan raja.

Gandhekan sendiri ada dua yaitu

a.) Gandhekan Kiwa, tempat dapur umum istana.

b.) Gandhekan Tengen, bertugas menjadi utusan raja.

3.) Kampung Keparen

4.) Kampung Surobawon, tempat tinggal RMNg Surobowo

5.) Kartodipuran, terdapat tempat tinggal kerabat keratin RT Kartodipuro, anggota prajurit Tanastra (bersenjatakan panah)

6.) Borotodipuaran, tempat tinggal RMNg Brotodipuro, kerabat keraton pada zaman Sunan Paku Buwana X

7.) Nyutran (Panyutran), tempat tinggal abdi dalem Nyutra, bersenjatakan panah dan keris

8.) Notokusuman (Notosuman), tempat tinggal KPH Notokusumo, salah seorang putra Sunan Paku Buwana VIII. Nama Natokusuma, kita temukan pula pada masa :

  1. Raden Adipati Notokusumo

Patih Jawi Kartasura , zaman Sunan Paku Buwana II (1726-1749).

Semula Sunan bersikap membantu pemberontak Thionghoa, dengan menyuruh Patih Adipati Natokusumo untuk menyerang Semarang. Namun usaha ini gagal. Akibatnya sikap Sunan berubah, dan menuduh bahwa pemberontakan Tionghoa didalangi olehb Patih Notokusumo tersebut ( hal ini sebenarnya hanya untuk membuang tilas, agar Sunan tidak didakwa oleh Kompeni Belanda membantu Tionghoa). Itulah sebabnyakarena ditangkap dan diasingkan ke Sailan, dan kemudian diminta kembali oleh P Mangkubumi dalam perjanjian Giyanti.

  1. Pangeran Notokusumo

Salah seorang sentana dalem zaman Sunan Paku Buwana III. Tokoh ini akhirnya diabdikan kepada KGPAA Mangkunegaran I (RM Said).

  1. Pangeran Notokusumo, putra Pangeran Natakusumo (b). Pangeran Natakusuma ini dalam zaman Sultan Hamengkubuwana II, yang sangat setia kepada Pemerintah Inggris, diangkat menjadi KGPAA Paku Alam I (1813) oleh Th Raffles.

9.) Kampung Macanan, tempat tinggal para prajurit Macanan Hanirbaya pembasmi kejahatan.

10.) Kampung Suroloyan, tempat tinggal prajurit Suroloyo, pasukan berani mati.

11.) Kampung Kali Larangan, menurut cerita melalui daerah ini mengalir air dari umbul Pengging yang khusus untuk istana. Dahulu, saluran air ini terbuka, tetapi karena semakin sibuknya suasana maka saluran tersebut ditutup agar airnya tidak tercemar. Karena ada larangan inilah, maka akhirnya daerah tersebut disebut Kali Larangan.